Feeds RSS

Kamis, 14 Januari 2010

Belajar Dari Bencana

Banjir lagi……. Banjir lagi…… ! itulah yang sedang melanda beberapa tempat di tanah air kita akhir-akhir ini. Jakarta, Bogor, Bekasi dilanda banjir, di Tangerang tak satupun kecamatan yang luput dari musibah banjir ini, Mojokerto dan Bojonegoro juga dilanda musibah yang sama. Beberapa waktu yang lalu kota Medan, Padang, Jambi, Sulawesi Selatan juga dilanda musibah yang sama, jembatan-jembatan rusak disertai genangan air di berbagai ruas jalan dan rel kereta api, berbagai transportasi lumpuh, sudah puluhan ribu rumah terendam, kerugian material pun sudah tak terhitung jumlahnya. (Republika, 29/01/2002). Gelombang pengungsipun tak bisa dihindarkan lagi, rakyat kecil semakin sengsara karena tempat tinggal mereka satu-satunya terendam genangan air bahkan seisi rumah mereka ikut terbawa arus banjir tersebut. Kegiatan belajar mengajar di beberapa sekolah pun ikut terhambat. Belum puas dengan mengirim banjir, alam kembali menunjukkan kebolehannya, Pejaten, Jakarta Selatan di guncang tanah longsor, gempa tektonik berkekuatan 5,1 pada skala Richter (SR) juga mengguncang Bengkulu. Kenapa ini semua harus terjadi? Benarkah alam sudah bosan untuk bersahabat dengan manusia? Apakah yang telah kita lakukan sehingga alam begitu marah kepada kita tanpa pilih kasih?. Penyebab dari itu semua tidak lain adalah ulah dari tangan-tangan manusia itu sendiri, semua orang akan mengerti, bila hutan di hulu sungai dan lereng gunung dibabat, maka banjir dan tanah longsor akan terjadi. Begitu pula jika sampah dibuang ke sungai atau selokan, atau bila sungai dipersempit dengan membangun rumah ditepinya, maka banjir segera menerjang. Jika daerah hulu dan pegunungan sudah tidak mampu menahan air lagi, maka terjadilah sunnatullah : air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, nah, jika masalahnya sesederhana itu, mestinya manusia bisa memakai akalnya untuk menghadapi hujan selebat apapun. Tapi mengapa kita tidak mampu melakukan itu? Sudahkah kita menggunakan akal kita? Pada suatu hari diwaktu shubuh, Setelah mengumandangkan adzan di Masjid Madinah, lama Bilal menanti kehadiran Rasulullah SAW keluar dari peraduannya untuk shalat berjamaah, namun Rasul belum juga muncul. Karena itu, pergilah Bilal menemuinya, antara perasaan cemas kalau-kalau Rasul yang amat dicintainya jatuh sakit. Sesudah minta izin kepada Siti Aisyah, Bilal segera menuju ke kamar tidur Rasulullah SAW. Ketika sampai dimuka pintu, Bilal melihat ke dalam, kamar yang sederhana tanpa ada kasur tebal, tanpa ada bantal bersulam yang indah melainkan hanya seonggok rumput kering di sudut kamar beliau, itulah kekayaan Rasul kita, sebagai Pemimpin dunia yang telah menggerakkan revolusi yang paling berhasil dalam sejarah kemanusiaan selama dunia berkembang. Didapatinya Rasulullah SAW sedang duduk di atas sajadah menghadap Qiblat, menangis tersedu-sedu. Bertanya Bilal, "Ya Nabiyallah, apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis? Padahal kalau ada kesalahanmu, baik dahulu ataupun nanti, akan diampuni oleh Allah SWT". Kemudian Rasulullah SAW menjawab, "Wahai Bilal, tengah malam telah datang Jibril AS membawa wahyu kepadaku dari Allah SWT, demikian bunyinya." : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran 3:190-191). Rasulullah SAW melanjutkan, Sengsara hai Bilal! bagi orang yang membaca akan ayat ini lalu tidak difikirkannya. Firman Allah dalam QS. Ali Imran 3 : 190-191 di atas dan ungkapan Nabi tersebut mengandung makna yang dalam bagi kita untuk senantiasa merenung dan memikirkan Fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita, terutama disaat banyaknya bencana yang menimpa sebagian kita seperti akhir-akhir ini, seakan-akan alam betul-betul sudah bosan untuk bersahabat dengan kita. Sebagian kita mungkin berfikir bahwa itu semua terjadi karena kehendak Allah SWT (Sunnatullah). Namun apabila kita merujuk kembali ke firman Allah SWT diatas, dapat diambil beberapa pelajaran yang amat berharga bagi kita. Pertama, bahwa segala apa yang terjadi di bumi ini dan diatas langit sana baik di siang hari maupun di malam hari adalah sebuah tanda dari kekuasaan Allah SWT, agar manusia sadar bahwa dibalik segala kemampuan manusia ada yang lebih mampu lagi yakni Allah SWT, oleh karena itu tidak pantas bagi manusia untuk bersombong diri sehingga lupa kepada penciptanya sendiri, lupa untuk mengingat dan berdzikir kepada-Nya. Merasa mampu berbuat segala-galanya dan melupakan tujuan utama diciptakannya manusia yakni untuk beribadah kepada-Nya. Dan tidak kami (Allah) ciptakan mausia dan jin kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku (Al-Quran). Kedua, merupakan pelajaran serta peringatan bagi manusia, sudahkah mereka mengelola alam ini dengan benar dan sesuai dengan syari’at Allah SWT. Karena pengeloalaan alam yang salah akan menimbulkan kehancuran bagi manusia itu sendiri. Kita lihat, pembatatan hutan yang berlebihan dan penggundulan lereng-lereng gunung tanpa henti serta perubahan fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi akan membuat daerah tersebut tidak mampu lagi menahan curah hujan yang turun, maka banjir dan tanah longsor pun tak dapat dihindarkan lagi. Sementara hasilnya hanya dinikmati oleh pejabat dan pengusaha tertentu, sedangkan akibatnya kembali kepada rakyat kecil. Belum lagi penyedotan air tanah seenak perut sendiri oleh gedung-gedung jangkung dan rumah-rumah seperti yang terjadi di Jakarta, juga pembangunan pemukiman-pemukiman sah, yang dilaksanakan pada masa Orde Baru banyak tak memperdulikan kelestarian lingkungan ikut andil besar dalam musibah banjir ini. Ini semua merupakan salah satu bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam sekitarnya. Oleh karena itu sudah seyogyanya bagi kita untuk kembali mengevaluasi langkah-langkah yang telah kita lakukan selama ini, agar kedepan menjadi lebih profesional dan sesuai syari’at, mengingat peran kita sebagai khalifatullah fil ardhi yang bertanggung jawab penuh untuk melestarikan dan memakmur bumi ini, agar terhindar dari berbagai bencana. Benarlah apa yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW, akan sengsara orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya untuk berfikir dan berdzikir dalam rangka mengingat Allah SWT dan mensyukuri ni’mat-Nya sesuai dengan tuntunan syari’at yang telah diajarkan oleh-Nya. Wallahu’alamu bisshowab. Berfikir dan bertindak dalam Spirit Islam Berfikir adalah proses menseving, mengingat, menganalisi dan mendeduksi berbagai informasi yang eksternal dan internal sehingga menjadi sebuah konsep gagasan (Ide) yang menjadi motivasi dan tindakan. Hanya dengan berfikir, manusia mampu mengarahkan hidupnya pada dimensi waktu, dimensi kemanusian/ humanisme, dan dimensi alam mendayagunakan maksimal seluruh dimensi tersebut untuk mereplace existensi dirinya dalam misi hidupnya, apaka dia akan mulya atau hina, sukses atau gagal, dihargai atau justru dilecehkan, semua itu titik ponintunya dari cara kita berfikir. Kalaupun kata Iqraa sampai saat ini diterjemahkan dengan arti “Membaca” ini pun berarti menghimpun huruf yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna. Sebagai contoh ,anda ingin memperingatkan sesuatu bahaya tetapi cara anda menghimpun huruf-huruf nya tidak benar, kemudian anda berteriak “Wasa,wasa. Mahariu” Padahal yang anda maksud adalah “Awas, awas harimau” Kata iqra dikuti dengan “Bismirabbikalladzi khalaq” seakan-akan memberikan informasi kepada alam fikiran /reason kita bahwa methode yang benar untuk berfikir adalah berdasarkan “Rabb” (yang menjadi rootwood terlebih artinya “ pendidikan, pembinaan ) Al-Qur’an memberi predikat ulul-albab(Al-Imran 190-191) Yakni sosok manusia yang mampu mempergunakan potensi akal . Dan fikirannya untuk mengelaborasi seluruh fenomena alam yang tampak dan tidak tampak (Al-haqqah 38-39).Sebagai induksi dirinya bersyukur .Bersyukur dapat bermakna semacam rehabilitasi, reformasi, restorasi, dan rekonsolidasi sekaligus reinforcement diri untuk mempergunakan seluruh aspek yang dimilikinya dijalan Allah Swt. Bersyukur berarti sebuah komitment untuk melakukan perenungan diri yang mendalam sehingga mengkonstribusikan direksi untuk bertindak dan berbuat .Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban bahwa rasulullah Saw bersabda: “bahwa berfikir sesuatu lebih baik pada ibadah seratus tahun”(ibnu Hibban). Hadist diatas adalah sebuah bahasa metaforis yang memberikan aspirasi tinggi a orang-orang yang mempergunakan pikirannya untuk rekonstruksi ummat yang sebagai indikasi syukur kepada Allah . Pantaslah seorang pujangga berkata”Dirimu adalah apa yang kau pikirkan” Seorang filhosof tenar mengatakan “Largito ergo sum” aku Individu muslim harus mendasarkan dirinya pada retorika berfikir Qur’ani dan bertindak serta berkarakteristik islami, yaitu sebuah tata cara prikehidupan yang didasari dan disengajakan untuk mengubah dunia dengan pantulan fibrasi al-qur’ani. Pikiranlah yang mendetriminasi , apakah anda mau bertindak atau diam sebagai penonton . Pikiran pula yang mengawali , apakah anda akan menjadi orang disiplionir tinggi ataukah anda akan menjadi orang yang melanggarnya, pikiranlah yang menentukan , apakah anda berfiir Qur’ani atau jahihli. Harua ada keyakinan (Confedernce) yang diri kitas jak di ke bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk dikerjakan selama kita yakin untuk melaksanakannya . Menanamkan sugesti serta keyakinan didalam fikiran merupakan sikap positif konstruktif dalam bentuk doktrin “aku adalah penentu taqdir dan akulah komandan jiwaku. Sementara itu kwalitas eksperien personal sangat menentukan kwalitas berfikir dan bertindak yang secara aktualnya dimanifestasikan dalam kehidupannya. Dibenak fikiran kita bahwa fikiran akan menentukan tindakan . Seluruh tindakan kita merupakan mata rantai yang mengikat satu kekuatan untuk mencapai keberhasilan . para pemenang tidak dilahirkan, tetapi mereka lahir dengan upayanya serta dengan usahanya . Allah swt telah memberikan peluang kepada kita untuk menjadi winner dalam percaturan kehidupan ini . Ummat islam didorong untuk trampil semangat berkompetisi (Fastabiqul Khairat) kitapun dipanggil untuk trampil sebagai khairah ummat . menjadi ummat yang terbaik hal itu hanya mungkin apabila dalam benak kita ada semacam optimisme dan keyakinan yang mendalam “berfikir dan bertindak bagaikan pemenang (think and act like winner) Seorang yang berfikir positif akan tampak dari tindakannya yang fositip pula Begitu pula orang yang berfikir negatif akan bertindak negatif pula , apabila anda berfikir tidak mungkin kalah. Bila anda merasa takut , kecut menghdapi lawan ,berarti anda telah kalah sebelum berperang, bila anda berfikir bisa anda bisa. Bila berfikir tidak bisa ,tentu saja tidak bisa If you think you can, you can , and if you thank can’t ,you can’t Read More..

10 Ciri Manusia Kreatif

Ada kebiasaan yang memperlambat berpikir, ada pula memperlancarnya. Roger von Oech, lewat bukunya A Whack on Side of the Head, menjelaskan sepuluh kebiasan manusia keratif. Coba cocokkan dengan diri Anda, berapa yang sudah dimiliki dan mana lagi yang perlu ditingkatkan 1. Suka mencari jawaban kedua Anda jangan hanya punya satu solusi yang berati hanya punya satu pilihan. Kreativitas meminta Anda menemukan jawaban kedua yang mungkin lebih tepat. 2. Suka berpikir lunak Kreativitas adalah pengembangan hasil otak kiri yang bersikap keras terhadap ide oleh otak kanan yang lunak yang mengabaikan batasan dan lunak terhadap berbagai ide. 3. Suka menggugat aturan Jika aturan telah membatasi pilihan maka Anda harus mencari tahu mengapa suatu aturan dibuat. Mungkin alasan itu tidak relevan ada lagi. Mungkin sekarang ada pemecahannya yang lebih efektif. 4. Suka mencoba kemustahilan Jangan sekali pun pernah membuang ide sepintas yang kelihatan mustahil. Merenungkan lagi ide yang muncul dapat memicu berbagai kemungkinan baru. 5. Toleran terhadap hal dilematis Dalam kenyataan, sering ide kreatif lahir dari situasi dilematis atau kepepet. Adalah jarang inovasi muncul dari pola pikir yang tunggal, linier dan pasti. 6. Melihat kesalahan sebagai peluang Ada orang yang suka mencari aman dan menghindari dari kemungkinan salah atau gagal. Sesunggguhnya kesalahan justru menempatkan kita memperoleh hal yang tak didapat bila melakukan dengan benar. 7. Suka humor dan santai Memang ide kreatif muncul ketika terdesak situasi, tapi lebih banyak ide brilian dan segar lahir dari suasana santai dan gembira. Saat kita santai dan gembira pertahanan mental jadi longgar sehingga tidak pusing terhadap aturan, hal mustahil maupun yang keliru. 8. Suka meninjau dunia luar Orang yang sibuk melihat dunia dalamnya sendiri akan kehilangan banyak ide. Meninjau dunia luar adalah wahana meraih ide baru untuk dunia dalam kita. 9. Berani berpikir beda Umumnya orang berusaha menyesuaikan dengan budaya organisasinya. Padahal tekanan organisasi bisa memasung kreativitas. Jadi, berani lah pro terhadap hal yang tidak disetujui mayoritas walau tidak harus terlalu terbuka. 10. Terbuka terhadap gagasan baru Orang yang mengaku bukan orang yang kreatif berarti telah memasung diri sendiri. Ingatlah, bahwa ide akan berkembang bila kita memberinya ruang. Baik dengan tambahan dari luar diri Anda atau tidak menekan ide yang telah dipunyai. Read More..

Renungan Cinta

Mungkin kita pernah menemukan artikel dengan judul "Cinta tak terbalas". Ya, jika udah bicara tentang "CINTA" , tidak akan pernah ada kata akhirnya, karena CINTA adalah anugerah yang indah sekaligus bikin gelisah. Yaa itulah cinta dengan segala kebaikan dan kesesatannya. Cinta yang tak atau belum terbalas mungkin menyakitkan .. yang jelas bikin penasaran? sekaligus berbunga angan-angan, selalu ada pertanyaan "Andaikan dia mau sama aku..", "Apa dia tahu perasaanku ya?" Mau tidak mau, kita dipaksa untuk mengakui dengan jujur?. , tiap hari pertanyaan serupa itu selalu muncul berganti-ganti. Bila si dia menunjukkan respon ke arah "sana", hati kita langsung "kling-kling" bersinar cemerlang, serasa hanya kita yang diperhatikan .. "ooo, ternyata benar... dia juga punya perasaan yang sama. Tuh kan, hanya aku yang dapat perhatian seperti itu? Dia merespon apa yang aku lakukan dan bla bla bla." Tapi jika suatu hari si dia yang bikin kita kebat-kebit cuek bebek dalam satu hari, mungkin lupa kirim kabar walau hanya sekedar kirim sms, hati tanpa dikomando bilang " tuh kan, aku mah Ge-er aja, ah ternyata dia nggak suka ma aku, dia menganggap aku ini teman biasa." Hehe kacian ya? Lingkaran ini akan selalu berputar tak berkesudahan bila kita tidak bertanya langsung kepada si dia (mungkin karena takut ditolak kaleee! He2). Setuju sekali dengan pendapat orang bijak yang mengatakan, betapa naifnya hanya karena cinta pada satu orang, kita melupakan cinta dari orang-orang yang telah memberikan cinta sejatinya, dengan segala pengorbanan dan ketulusannya, orang tua, saudara, sahabat, guru-guru, dll. (waaah sorry banget, naudzubillah jangan sampe ya) hari-hari kita hanya untuk memikirkan dia yang belum tentu mikirin kita, sedangakan Ibu, Ayah, keluarga, sahabat setiap saat memberikan doa dan siap mendengarkan keluh kesah kita, Di mata mereka kita tetap orang yang istimewa walau kadang kita terpuruk, jatuh bahkan merasa hina ketika kegagalan menghampiri, merekalah yang memberikan kita cinta sejati tanpa pamrih sedikit pun, terutama orang tua tercinta, masih segar kan di ingatan kita ketika semuanya mereka berikan secara CUMA-CUMA bin GRATIS!!! Free love & Affection ( kaya’ iklan aja ) Kasih sayang, perhatian, kekhawatiran, mainan ketika kecil, uang jajan dan masih banyak lagi yang rasanya tak cukup untuk dituliskan tetapi sudah kita rasakan, mudah-mudahan Allah memberi mereka yang terbaik dalam segala hal….amien. Naaah, kembali ke……????? Cinta!!, bagaimana kalau CINTA BERBALAS ? Apakah memang seperti gambaran orang-orang yang patah hati karena cinta mereka bertepuk sebelah tangan ? apakah Cinta yang berbalas itu indah dan membahagiakan ? CINTA, anugerah terindah itu pasti akan pernah mampir kepada manusia, makhluk ciptaan-Nya yang dilengkapi akal dan perasaan. Kita juga tidak pernah berencana untuk mencintai seseorang. Cinta itu datang tak terduga, mengalir begitu saja, memang sulit untuk dipahami dan paling parah.. sukar untuk menghentikannya.! Di saat, virus merah jambu itu datang pada kita? dan bluss !! ternyata? CINTA ITU BERBALAS! Benar-benar indahkah ? Membahagiakan kah ? Ternyata dari beberapa hasil survey, didapat kesimpulan "Cinta yang berbalas juga tidak selamanya sesuai harapan". ILMU, yang dilengkapi oleh kejujuran hati nurani yang dititipkan oleh SANG PEMILIK CINTA membuat kita gelisah : takut zina hati sekaligus menikmati gejolak perasaan yang bervariasi. Hari-hari dipenuhi keraguan.. di saat kita gembira bertemu dengan "dia", di saat itu pula rasa "takut" hadir, di saat kita merindukannya, di saat itu pula kita merasa malu karena kita jarang mengingat pemiliknya, Ar-Rahman. Pergulatan batin akan jadi sangat melelahkan jika kita tidak berusaha untuk "mempertahankan" diri sekuatnya. Okelah, bagi yang sudah punya kemampuan dan keinginan untuk menikah dalam restu orang tua, mereka punya solusi : SEGERA MENIKAH !. Berbahagialah bagi sahabat-sahabat yang berada dalam atmosfir seperti ini. Nah, bagi yang belum punya kemampuan ? atau yang jatuh cinta pada yang nggak seakidah, atau yang belum direstui orang tua untuk segera menikah, atau lagi, yang jatuh cinta pada tunangan, suami atau isteri orang lain ?Na’udzubillah… Wah.. wah.. ini nih UJIAN BERAT!, bukan berarti Allah nggak sayang sama kita, memberi anugerah sekaligus cobaan, tapi justru kita adalah orang-orang yang terpilih untuk membuktikan kesungguhan cinta kita pada-Nya. Lalu? Harus bagaimana ??? Haruskah kita hanyut dan terlena dengan cinta yang sesaat ini ? Ayo fren ! Cinta sesungguhnya terbingkai dalam mahligai pernikahan. Dalam bingkai itulah kita benar-benar berhak mengekspresikan seluruh perasaan cinta yang ada? untuk meraih cinta-Nya yang Agung. Lamar atau minta dilamar!!, hanya itu pilihannya, it’s hard to do but we have to, ‘coz The Life is Choice, selama tali pernikahan belum tersambung…belum ada yang bisa di jadikan patokan untuk sesuatu yang harus menjadi komitmen, karena sebenarnya..cinta yang benar-benar nyata itu adalah saat kita sudah menemukan pasangan hidup yang benar-benar sah..di mata Allah dan semua orang dan ketika saat itu tiba InsyaAllah semua pasti akan ada batasan-batasan yang memang tidak boleh di langgar, atau untuk di toleransi lagi dan saat itu hidup kita adalah hidup orang yang kita cinta, nafasnya juga nafas kita, Sedih & senang nya juga sedih & senang kita. Semua harus sudah menjadi satu. Mari kita tambah sedikit. Ustadz Faudzil Adzim dalam bukunya Menuju Pernikahan Barakah menuliskan sebuah khutbah nikah yang singkat namun sarat makna : “Dahulu anda adalah manusia bebas yang boleh pergi sesuka anda. Tetapi sejak pagi ini, bila anda belum pulang setelah larut malam, dirumah anda ada seorang wanita yang tak bisa tidur karena mencemaskan anda. Kini, bila berhari-hari anda tidak pulang tanpa berita, dikamar anda ada seorang perempuan lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan air mata. Dahulu, bila anda mendapat musibah, anda hanya akan mendapatkan ucapan “Turut Berduka cita” dari sahabat-sahabat anda. Tetapi kini seorang istri akan bersedia mengorbankan apa saja bahkan nyawa sekalipun agar anda meraih kembali kebahagiaan anda. Anda sekarang mempunyai seorang kekasih sejati yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan anda” Berbeda dengan pacaran atau apalah kita menyebutnya, Selama “Pacaran” kata Ustadz Anis Matta dalam Himpunan ceramah pernikahannya, Mereka berpikir sedang berusaha saling memahami, saling menerima apa adanya, tapi bukan itu yang terjadi!” tegasnya. Kenyataannya ialah mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari sebenarnya. Sehingga setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyembunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan. Celakanya, seorang remaja seperti kita bisa mudah terseret gaya hipokrit. Kita ingin tampil super didepan si doi. Kita ingin menjadi orang yang perfect. Sayang, yang dibangun bukan perbaikan diri tapi PENOPENGAN DIRI. Astaghfirullah Ada baiknya kita melirik sejenak bait lagu Tangga dengan judul Usai Sudah berikut ini : Bersiap untuk hadapi kenyataan Bahwa jalan terbaik bagi sebuah hubungan tanpa ikrar Adalah berpisah Karena jalinan cinta tetap perlu janji Atau lagu Peterpan “Menghapus Jejakmu” Engkau bukanlah segalaku Bukan tempat ‘tuk hentikan langkahku Usai sudah semua berlalu Biar hujan menghapus jejakmu Jangan terjebak CINTA SEMU!! Jika nama "dia" hadir tanpa diundang, segera ganti dengan istighfar dan sibukkan diri dengan aktifitas yang membutuhkan konsentrasi. (Ushiikum wa Iyyaaya nafsii bitaqwaAllah) Berhati-hatilah dengan hati yang melambung tinggi karena akan sangat sakit bila terhempas. Yaaa mungkin kita harus bertemu dengan orang-orang yang salah dulu supaya kita tahu seperti apa “the right person” kelak, Tulisan ini hanya sekedar wacana untuk sama-sama jadi renungan dan cermin untuk mentertawakan diri sendiri, mungkin Akhii / Uhktii yang membaca jauh lebih mengerti apa yang harus dikerjakan dan ditinggalkan. Karena manusia takkan lepas dari empat hal ini: Yang diam belum tentu tidak tahu, yang enggan belum tentu tidak mau, yang salah belum tentu selamanya, dan yang benar siapa yang berani menjamin keIstiqomahannya. Mudah-mudahan kita bisa menikmati CINTA yang dianugerahkan-Nya dengan rasa syukur yang dalam, membuat kita makin mencintai-Nya dalam setiap hembusan nafas, berusaha mempertahankan dzikrullah agar tidak berganti dengan nama si "dia". Mari nikmati CINTA hanya untuk mengharap balasan cinta dari Sang Pemilik Cinta, karena hanya Dia yang tidak pernah mengecewakan kita dan tak akan ingkari janji-Nya. Trust Him!!! Rabbuna Ma’ana:-) WallahuA’lam……….. Read More..